Sabtu, 30 Mei 2009

Menemukan Jawaban

Sebisanya, aku ingin mengatakan bahwa aku baik-baik saja. Meski lelah mendera di ujung waktu ini. Sebab, sama seperti di waktu yang lain. Kemarin, sekarang dan besok. Kuingin semua berlalu dengan indah. Semampuku. Sebab sekali lagi, jika hal yang paling jauh dari diri kita adalah masa lalu, semestinyalah semua waktu tersenyum senang, berlalu meninggalkan kita. Lalu jadilah moment itu masa lalu yang menyenangkan. Mungkin akan selalu ada senang disana meski hanya sesekali kita menengok ke belakang.

Jarum jam dinding itu menunjuk tepat ke angka delapan malam. Di luar sana, hujan deras sejak tadi sore kini tinggal menyisakan gerimis. Di ruang tengah rumah ini, aku duduk sendirian. Kuraih remote tipi di atas meja di depanku. Mulailah jempol liar ini memencet tombol, mencari channel kesukaanku. Hanya beberapa saat mataku focus melihat ke layar kaca. Masih saja berita tentang dukungan capres yang diulas presenter berita itu. Kayaknya sudah sejak tadi siang.

Entah kenapa, jiwa ini seperti sedang kehilangan. Dengan tak bersemangat kukeluarkan handphone lipat dari saku celana. Sejenak kugeser phonebook account ke bawah. Lalu terngianglah namanya. Entah kenapa tiba-tiba aku teringat dia. Padahal barusan namanya kulewatkan. Kembali kugeser tombol pencari account itu keatas. Lagi sedang apa dia disana? Begitu pikirku sesaat setelah menemukan namanya. Ah, semoga saja teleponku dijawabnya.

Kesibukan (ini mungkin perasaanku saja) yang membuatku kadang lupa, bahwa hidup selalu seperti ini. Kadang terasa segalanya berjalan begitu menyenangkan, kadang juga menjadi sangat menyesakkan. Ia tidaklah berjalan linear. Tapi ya, itu tadi. Kadang aku lupa menyadarinya. Jika sudah demikian, jika memang tak sedang on fire, juga tak ada yang mengingatkan, maka biarkan sj dan yakinkan diri bahwa semuanya akan berjalan baik-baik saja. Menyenangkan atau menyesakkan menurutku hanyalah masalah pikiran manusia yang rumit. Life does go on!

Setahuku, sudah beberapa lama aku tidak mendengar suaranya disana. Sungguh menyenangkan mengenalnya lebih jauh. Meski itu baru kusadari setelah tak pernah lagi ketemu. Tak seperti yang coba kutebak saat melihatnya dulu, ia selalu berusaha untuk peduli dan positif. Jika saja kusadari itu sejak dari dulu, mungkin sekarang akan banyak lembaran masa lalu yang menyenangkan di baca ulang.

Disini, aku ingin mensyukuri nomor handphonenya masih kusimpan. Hanya lewat itu aku bisa mendengarnya lagi dan lagi. Membaca pesannya atau sekedar mengetahui kabarnya disana. Aku juga ingin bersyukur atas waktu yang disempatkan-Nya untukku mengenalnya. Di luar itu, aku juga ingin mensyukuri jarak yang menjauhkan aku dan dia. Sebab jika tidak karena itu, maka tak akan ada kangen padanya. Dia adalah bagian dari energi yang membuatku bisa selalu menjalani hidup yang indah. Sangat menyenangkan saat mengetahui dia punya pikiran yang sama denganku. Untuk masa depan, untuk hidup yang lebih baik.


ltf
30/05/09

1 komentar: