Minggu, 05 April 2009

Coretan sisa situ!

Ada maksud apa apa dengan apa yang kutulis ini. Tak kepada siapapun aku maksudkan kecuali untuk jiwa yang kerdil ini. Aku hanya merasa ada yang ganjil disana. Di jiwaku, jiwa mereka yang setara, yang merdeka. Yang semestinya setiap saat bisa lebih baik. Kumaksudkan begini sebab aku pun selalu ingin bisa lebih baik, bukan hanya untuk pekerjaan, tetapi pada semua hal. Dari ayunan hingga ke kuburan dan setelah itu. Jika ditanya apa yang paling jauh, aku ingin menjawabnya: masa lalu..Sebab bukankah dia tak akan pernah kembali. Meski itu, baru sedetik berlalu.

Situ Gintung. Nama daerah itu tiba-tiba menjadi terkenal seantero nusantara. Mungkin juga telah sampai ke negara lain. Bukan karena ada hal baik yang spektakuler terjadi disana, bukan juga karena keberhasilan atau ada yang unik dengan orang-orang, kawasan dan apa yang dihasilkan dari sana. tapi karena bencana.

Ya seperti itulah yang terlihat, terdengar dalam seminggu terakhir. Ada saja kabar di TV tentang apa yang sudah terjadi sepekan disana. Jebolnya tanggul yang mengakibatkan ratusan orang meninggal dan hingga kini banyak lagi yang masih dalam pencarian.

Situ Gintung tiba-tiba ramai dikunjungi orang. Entah itu orang-orang dari tim evakuasi, tenaga medis, para penyalur bantuan, petinggi negara yang tiba-tiba terlihat akrab lagi setelah terpisah jadwal kampanye yang padat, juga orang-orang sekitar kawasan itu yang didalam hati bertanya dan penasaran, apa yang terjadi disana?

Tapi disinilah yang unik menurutku. Tak hanya kali ini. Saat tsunami melanda aceh, gempa yogya, lumpur lapindo dan sebagainya. Antusiasme orang untuk melihat apa yang terjadi sangat tinggi. Ya, daerah bencana sesaat seperti sebuah tempat yang menarik untuk dilihat. Mungkin sejenak kita dibuat lupa dengan tempat wisata indah yang ada di sekitar kita. Atau bahkan mungkin tempat wisata yang selama ini hanya bisa dilihat lewat layar kaca. Pun lebih dari itu, bencana juga tempat dan saat yang tepat bagi partai, bagi sebagian orang untuk tebar pesona menjelang pemilu (jika tidak, maka tak semestinya ada umbul-umbul partai di banyak posko bantuan).

Kita, bumi pertiwi ini, telah banyak merekam dan mengalami tragedi/bencana. Pun sampai kapan? Seharusnya cukup satu atau dua peristiwa saja, bisa membuat kita aware dengan diri kita. Dengan sekitar kita. Memang terasa terlalu naïf jika pada tragedi-tragedi yang telah merenggut jiwa banyak anak bangsa itu, tak ada yang bertanggung jawab. Ataukah kita sengaja melakukan pembiaran, memperbanyak kemungkinan terjadinya bencana? Tidakkah kita seperti orang buta dan tuli yang harus selalu diingatkanNya dengan bencana yang baru, sebab kita tidak melihat, tidak mendengar, lalu belajar darinya?

Semestinya, dari bencana yang telah banyak itu ada pelajaran yang bisa kita renungkan. Mungkin kita telah terlalu cuek dengan keselamatan kita, dengan lingkungan kita, lupa untuk selalu positif dan berlaku baik. Bersyukurah bagi kita yang masih diberi waktu. Masih ada kesempatan untuk memperbaiki diri sebelum kita kembali. Juga, untuk mereka yang telah pergi, semoga mereka kembali tak sekedar karena waktunya telah tiba. Dari tempat permainan dan senda gurau ini kami berucap, selamat jalan! Semoga ini tanda bahwa rindu kami yang masih tinggal, tak lebih berarti dari rinduNya terhadap kalian…

ltf
02/04/09.

2 komentar:

  1. Hiks. masih cerita tragis. huhuhu...
    hahahaha. Tp senang untuk tahu, klo qta' sllu bisa belajar dari semua kejadian. Gak semua org bisa bgt lho. =)
    That's an achievement. Keep learning.

    BalasHapus
  2. in fact, i am learning from u better. hehehe

    BalasHapus